blog ini merupakan catatan seorang anak desa yang mau belajar-belajar dan terus belajar...

Lelaki Penjual Nama

by eryatmo , at 11:50 PM , have 0 comments
Kawasan hutan lindung yang sejuk menggoda tiap para pelintas jalan untuk berteduh dari sengatan cahaya matahari yang begitu terik, tak terkecuali lelaki penjual nama yang melintas siang itu, ia berteduh di bawah pohon yang usianya telah cukup tua diantara deretan pepohonan yang ada, namun masih kokoh berdiri, dahannya memayungi sebagian badan jalan yang berlubang-lubang karena telah lunta dimakan usia.

Sepertinya jalan itu tak pernah dilalui mobil mulus para pejabat, mungkin takut kalau-kalau jalan itu merusak mobil mahal, mulus mengkilat milik mereka, mungkin itu sebabnya jalan itu tak pernah diperbaiki oleh pemerintah. Bedah dengan saudaranya yang berada dipusat kota, licin dan tebal berlapis-lapis. Maklum jalan itu adalah pembuktian pesat dan suksenya pembangunan seorang pemimpin dalam masa kepemimpinannya, meski rakyatnya harus kelaparan sekalipun, karena lapar rakyat tak nampak oleh mata telanjang sedangkan jalan dan gedung adalah pembangunan yang kasat mata.

Dibawah pohon rindang itu, ia merebahkan tubuhnya yang lelah, diperhatikannya beberapa hewan yang bersarang dipohon tersebut, dilihatnya laba-laba sangat antusias hendak menyergap mangsa yang meronta melepaskan diri setelah terjebak oleh jaring dan bersiap menyantapnya.
Ada pula burung pipit sedang berkicau ria memamerkan suara khasnya, tanpa disadari seekor elang sedang mengintainya. Sementara sekolompok semut bergotong royong memboyong potongan-potongan bangkai belalang.

Ia tersenyum “ini adalah cerminan kehidupan nyata bagi manusia, ada buruh perusahaan yang terjebak tak berdaya dipabrik-pabrik bekerja siang dan malam namun upah yang diterima tak sebanding dengan jerih payah yang dikeluarkan, ada yang menyambung hidup dari makanan sisa orang berduit. Adapula para penarik becak bersuka ria ditempat pelacuran kelas kambing dengan para pelacur tanpa tahu bahaya virus HIV dan raja singa mengintainya, investor culas menyodorkan uang kekantong bandit birokrat agar dimuluskan segala urusan tanpa mau mengikuti prosedur. Sementara para koruptor tampak asyik menggorogoti duit rakyat kemudian membaginya dengan penegak hukum”. gerutnya.

Waktu terus berjalan kearah barat, hingga tak terasa sinar matahari telah mengenai tubuh pemuda itu, membuat sang pemuda buyar dari lamunannya. Diambilnya sebotol air mineral dari saku tas ransel untuk sekedar melepas dahaganya. Kemudian ia melanjutkan Perjalanannya dengan sedikit terburu-buru.

Rerumputan tumbuh liar menghijau hingga hampir menutupi separuh bahu jalan, tiupan angin membuat dahan cemara malambai-lambai seakan memberikan kesan perpisahan kepada sang pemuda. Hingga beberapa saat kemudian ia memasuki sebuah desa.

Disambanginya rumah demi rumah, namun yang ditemui hanya gelengan demi gelengan kepala yang selalu terlihat dari para pemilik rumah.

Dibalik pagar rumah terakhir ia tersandar lemas, menatap kelangit biru yang cerah namun dilihatnya langit itu seakan mendung diikuti kilatan-kilatan petir, pertanda sebentar lagi akan turun hujan. Akan tetapi bukan dilangit tapi di pelupuk matanya tampak berkaca-kaca sewaktu waktu akan mengalir deras membasahi ibu pertiwi. “Ah, aku tidak bisa cengeng apalagi sampai pupus harapan,bukankah gelengen kepala seperti itu biasa kujumpai”. Gumamnya.
Apa sebenarnya yang ia tanyakan atau yang dicarinya dari-rumah kerumah......???

Lelaki penjual nama menjelajahi tiap desa hinga lintas kabupaten menjajakan nama-nama, namun tak pernah ada orang yang menayakan siapa namanya, karena rumah orang- orang yang ia datangi ketika ia menjelaskan maksud dan tujuannya sudah mengelengkan kepala dan menutup pintu rumah seakan dia adalah orang jahat yang tak mesti diketahui tentang dari mana ia, siapa namanya.

Sering kali ia tertawa ketika mendengar orang adu mulut dengan dialog:
Jangan kau menjual namaku untuk kepentinganmu!!!
Jangan kau jual namaku, Itu akan mencemari nama baikku!!!
Tapi ia bukan penjual nama seperti diatas, ia sama sekali berbeda, ia menjual nama bukan untuk suatu kedudukan, bukan untuk merusak nama baik seseorang, tapi untuk  penyambung reski dirantau.

Dia juga bukan penjual nama diikuti kalimat mohon do’a dan dukungannya yang di print out besar-besar lalu dipampang disudut-sudut jalan prokoler saat menjelang pesta demokrasi, ia tidak punya print sebesar itu dia hanya mempunyai alat rakitan buatan tangan sendiri sebesar gagang senter, yah sebesar itu karena memang dirakit dari badan senter keluaran jadul yang berbody besi dengan merek Tiger.

Dari sekian banyak rumah yang ia singgahi untuk menawarkan nama, banyak yang menggelengkan kepala, namun adapula yang menyambutnya dengan senyum dan lansung membeli nama yang ia tawarkan. ketika menyaksikaan itu kalian pasti bisa membayangkaan bagaimana rasa hatinya, yah mungkin  seperti pejabat yang berbahagia karena menikah lagi dengan perempuan muda bohay ?, ataukah seperti pengemis yang dua hari belum makan tiba-tiba menemukan potongan pizza dari ditong sampah restoran?, entahlah tapi yang pasti dia sangat-sangat senang.

“Tante boleh minta air satu mangkok”
“ untuk mencairkan tinta perak, tinta ini tidak bisa luntur, dan yang pasti nama ini berakhir masa pakainya setelah perabotan rumah ini sudah rusak” dan seterusnya… hingga membuat bosan tuan rumah dengan penjelasaan yang panjang lebar itu hingga tuan rumah meninggalkannya dan keluar setelah sang penjual nama selesai  mengoreskan alat ukirnya  di panci, sendok dan gelas hingga tak tersisa. Tuan rumah memberi pujian sedidkit atas karyanya lalu membayar, kemudian lansung meninggalkannya tanpa menayakan siapa namanya? darimana asalnya?

Karena tidak ada satupun orang menanyakan siapa nama si pengukir dan penasaran dengan kisahnya.

Baiklah akan kuceritakan siapa lelaki penjual nama itu, Yahhh….. dialah rohan mahasiswa kampus awan mendung “sang pemerek piring” bukan merek dari pabrik seperti yang kita lihat pada umumnya di piring atau gelas, tapi merek yang diukir sesuai nama yang dikehendaki pelangannya dengan mengunakan alat ukir rakitan tangannya sendiri, kerjaan mengukir nama dipiring dan gelas menjadi keterampilan sekaligus menjadi andalan rohan untuk menutupi biaya kuliah, mie instan dan kretek Potenza.

Kalau job memerek piring dan gelas lagi sepi,  dan kebetulan musim panen cengkih rohan Sesekali ikut mengais rezeki dengan menjual jasa keahliannya memetik cengkeh.

Rohan Pria yang memiliki perawakan hitam pekat, berkepribadian santun nan lembut itu, berburu lembaran rupiah dengan watak dan kepribadian tangguh dan pantang menyerah walau kerasnya gelombang zaman yang datang silih berganti, ia tidak mau mengalah begitu saja walau dengan keterbatasan.
Motor butut yang ia kendarai sekaligus menjadi pelengkap dalam menjajalkan keterampilannya, rohan memang pria yang sangat karismatik dengan gaya klasik.

Peralatan yang sangat sederhana, persaiangan yang ketat dari sesama penjelajah pemerek, sehingga menimbulkan persaiangan antar mereka. Kadang persaingan itu seperti tak mau berbagi informasi terkait alat-alat yang digunakan, hingga ia terpaksa merakit alatnya sendiri karena menurut rekannya alat itu hanya ada dijual dimakassar,  karena merasa sulit ia jangkau. Terkadang ia pun membeli dari rekannya dengan bandrol hingga ratusan ribu rupiah.

Setelah sekian lama berpetualang baru ia dapatkan ternyata alat tersebut banyak dijual didaerahnya yang hanya seharga Rp. 2.500/buahnya.

“Siapa yang bersunguh –sunguh pasti akan dimudahkan jalannya” terngiang kata itu ditelinganya kata yang didengarnya 15 tahun lampau dari nasehat guru mengajinya diwaktu ia masih kanak-kanak. Seberkah cahaya harapan kini telah menyinari hatinya, sambil bergumam dalam hati “aku tak ingin menjadi pemuda pada umumnya yang ada dikampung, menjadi petani penggarap dan buruh tani.

Memang saya akui banyak orang yang ingin mengukir nama dihati semua orang seperti Soekarno, namun semangatnya telah diredupkan oleh kerasnya terpaan badai zaman.  Sekarang saya mengukir nama di gelas, piring dan sendok kalian tapi jika kelak saya menjadi seperti apa yang saya cita-citakan serta mampu memenuhi harapan masyarakat, izinkan nama saya terukir dihati kalian.***
Lelaki Penjual Nama
Lelaki Penjual Nama - written by eryatmo , published at 11:50 PM, categorized as Cerpen . And have 0 comments
No comment Add a comment
Cancel Reply
GetID
Copyright ©2013 DALAM GERAMAN by
Theme designed by Damzaky - Published by Proyek-Template
Powered by Blogger